Jumat, 11 Desember 2015

Tulisanku hanya suara yang terpenjara oleh kata-kata dalam aksara, adakah yang bisa membebaskannya?

YANG BERTAHTA LUAR BIASA

Dalam ruangan dengan sorot kecil handpone
Aku bersandar pada kanopi ruang tamu yang terasa beku
Merasai hujan tangis yang dibawa langit pecah di negeriku
Yang melahirkan penghabisan ditengah silang carut marut politik

Dalam ruangan dengan pendingin yang dibunuh listrik padam
Tintaku menari bermandi emosi berwangi imaji
Menghitung berapa banyak nyawa mengudara
Yang tak diperhitungkan di meja tugas para pemimpin sakit jiwa

Dalam ruangan yang terkoyak sepi
Esok...
Masihkah mereka memenggal dan memanggang nyawa
Mengunyah dengan lahap bangkai penghuni negara kelas bawah
Dalam kerakusan berdiri gagah, bersorak ria
"Rakyatku sejahtera, Indonesia merdeka!"
Aku tertawa memikirkannya...


 Aya El-khumairah
Menunggu kemerdekaan,

ditengah pengharapan kapan listrik menyala, 161015

Tentang dia yang selalu ku semogakan


KAU KU LUPA?

Tuan manis bersenyum lebar
Dalam pagi berpadu ciut burung gereja
Aku menghardik rasa menyeruak tak tahu diri
Regas pucuk pengharapan tanpa kemungkinan
Tapi, hatiku tak melepas sketsamu sayang

Tuan manis berwajah teduh
Bersama embun pelembab dunia membawa rasa bersandar
Ku kuras segala asa bertabur cinta tak tahu diri
Membantai kenangan tersimpan tak berizin
Tapi, jiwaku tak henti mencipta syair teruntukmu kasih

Tuan manis bertutur hangat
Bersama kenangan senja di teduh kamis
Ku cerca bongkahan es merah muda sia-sia
Mengusir desahan angin bertema namamu yang datang memelukku
Tapi, rasa itu kembali menghantam diriku lebih keras lagi

Aku tak bisa melupakanmu...

Aya El-khumairah 

Dalam pagi inipun aku masih mengingatmu, 171015

Hanya sebuah isi hati yang ku ungkap lewat kata. Teruntuknya, seseorang yang mendekam di sudut gelap jiwa. Be.T

BUKAN PUISI

Puisiku bukan puisi tanpamu
Masih dalam pelik menggelitik rasa bercadar
Mampukah bungkamku menyiratkan makna dalam tatap
Sebab aku terjebak kelabu samudramu tuan

Puisiku bukan puisi tanpamu
Hanya runtunan kata yang memburu deru ombakmu
Bisakah sapaku mendeskripsikan tetesan madu dalam guci merah muda
Sebab aku tersedak racun beraroma merah strawberi darimu tuan

Puisiku bukan puisi tanpamu
Ketidakmungkinan yang menghujam hati tak berpenghuni
Akankah buih rasaku menyentuhmu dalam lantunan doa
Sebab perlahan aku teracuni ditenggelamkan samudra rasa tuna wicara

Aya El-khumairah
  

Bersama sahabat tercinta disela kesibukan UTS di malam abu-abu, ‘15

Minggu, 06 Desember 2015

Aku tak pernah bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan kecuali melalui kata yang tak terucapkan, yang hanya menjelma membawa ketidakteraturan di dunia yang kupijaki.Ah...aku ingin semua makan malam bersama di bawah remang rembulan.

BUKAN HANYA TENTANG ASAP LALU

Kemarin ibuku pulang membawa lelah
Buntalan kertas nasi menggantung di tangannya
Aku menyambutnya dengan sumringah
Ku harap itu makanan, lagi-lagi itu hanya sisa makanan

Ibuku memasukkan nasi ke mulutku
Mungkin hatinya sembilu hanya saja terkubur senyum palsu
Aku melihat air bersembunyi di pojok matanya
Ah...ibu aku sudah biasa melahap nasi sisa

Hujan kembali mengguyur kota ku
Kota yang mulai ditinggalkan asap menyesakkan
Petang ini aku membayangkan rajaku kedinginan dan kelaparan
Ku bawakan selimut dan nasi sisa dari ibuku untuknya

Aku mengadu padanya membawa pilu hariku
Seperti biasa dia menganggap aku bukan bagian dari urusannya
lalu aku berlari pada penasihatnya 
Ah...dia malah bertanya kemana rakyatnya yang dulu suka gotong-royong

Aku terusir dari kembang lelap
Menatap asap yang kian mereda
Meletakkan tangan didagu
Menunggu ibu datang membawa nasi sisa


Aya El-Khumairah
Bukankah rasa lapar bagian dari hal yang perlu diperhatikan?, 201115

Sebenarnya ini hanya bentuk kepedulian terhadap mereka yang tak sadar atas sakitnya, mereka justru menikmati kesalahan yang seharusnya mereka lenyapkan.Apapun bentuk pembelaan mereka, LGBT adalah penyimpangan. Dan itu bisa disembuhkan bukan malah dipertahankan!

BUKAN PENYIMPANGAN?

Aku sedikit lelah berkoar tentang cinta
Masihkah cinta semurni saat turun dari nirwana?
Semua serasa tercemar hal menggelikan
Bagaimana bisa Aldo dan Feri berciuman di taman?

Aku bosan mendengar pembelaan beralaskan HAM
Lupa mereka jika Negerinya menjunjung norma dan moralitas
Atau memang telah musnah keinginan lari dari kilau kesesatan
Ah...Shofia berhentilah berharap menjelma jadi Andhika!

Duniaku semakin redup
Kodrat mahluk paling sempurna kini bias
Kulihat hewan-hewan terbahak
Bersorak di atas kepala-kepala manusia

Negeriku kian gentar
Banyak oknum melegalkan mengatasnamakan toleransi
Sebagian sibuk mencipta pelegalan ilegal
Tetap saja ini beraroma penyimpangan

Gelombang salah ini menyeruak sulit terbendung
Mereka merongrong memaksa hak kebebasan
Ah...sudahlah Shofia berhenti meminta kelegalan!
Bukankah lebih bijak, kau memohon kesembuhan?

Aya El-Khumairah

Bukan tak menghiraukan HAM, tapi bukankah penyimpangan bisa disembuhkan? 211115