Rabu, 09 Maret 2016

Anggap saja puisi atau sekedar bercerita tentang mereka,



ADELA MAU SEKOLAH TUHAN!

Anak berseragam putih merah membawa fajar di langkah senjanya
Dicium tangan kedua pelitanya di depan pintu gubuk berayap
Bundanya mendekapnya dengan kehangatan cahaya bulan
Anak itu mencium pipi bundanya berwajah merona

Petang saat mereka berkumpul bersama
Berbagi rasa dari hari yang terlewat senja
Disodorkan kertas hijau bertulis tunggakkan
Bapaknya menarik nafas panjang meremas kertas pengundang tangis terpecah

Ah...Adela andai kita orang berpunya
Tak akan kau berderai air mata di tengah petang
Dimana bapak akan memburu kertas bergambar Sukarno-Hatta lima lembar
Sedang sehari hanya kertas bergolok dua puluh lima lembar yang terselip di kantong

Ampuni kami yang tak berguna ini nak
Yang hanya bisa terisak diterkam rasa bersalah
Kemarilah sayang , ibu dekap kau lagi
Biar luka mimpimu dapat terbalut perban perasaan kasih

Jangan terisak anakku sayang
Jangan lukai hati renta ini dengan tangis mu yang menyayat malam
Simpan saja seragam dan buku-buku mu dalam karung goni di belakang gubuk
Jangan lupa simpan mimpimu sebagai hiasan di kembang lelapmu


Sudah-sudahlah Adela biar susah kita bawa
Kita lupa perih sambil mencumbui secangkir teh seduhan bundamu
Besok kau pergi ke sawah bersama kami sayang
Biar kita bisa melanjutkan detak jantung yang tersendat-sendat ini

Malam makin larut meninggalkan cangkir-cangkir usang di ruang berdebu
Anak itu menutup wajahnya dengan bantal memudarkan tangisnya
Sayup-sayup terdengar suara kecil tak bernyali
Beri Adela uang, Adela mau sekolah Tuhan!


Aya El-Khumairah
Berkisah tentang mereka diluar sana yang mengubur mimpi, 051115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar