ADELA MAU SEKOLAH TUHAN!
Anak berseragam putih merah membawa fajar di langkah
senjanya
Dicium tangan kedua pelitanya di depan pintu gubuk
berayap
Bundanya mendekapnya dengan kehangatan cahaya bulan
Anak itu mencium pipi bundanya berwajah merona
Petang saat mereka berkumpul bersama
Berbagi rasa dari hari yang terlewat senja
Disodorkan kertas hijau bertulis tunggakkan
Bapaknya menarik nafas panjang meremas kertas
pengundang tangis terpecah
Ah...Adela andai kita orang berpunya
Tak akan kau berderai air mata di tengah petang
Dimana bapak akan memburu kertas bergambar
Sukarno-Hatta lima lembar
Sedang sehari hanya kertas bergolok dua puluh lima
lembar yang terselip di kantong
Ampuni kami yang tak berguna ini nak
Yang hanya bisa terisak diterkam rasa bersalah
Kemarilah sayang , ibu dekap kau lagi
Biar luka mimpimu dapat terbalut perban perasaan
kasih
Jangan terisak anakku sayang
Jangan lukai hati renta ini dengan tangis mu yang
menyayat malam
Simpan saja seragam dan buku-buku mu dalam karung
goni di belakang gubuk
Jangan lupa simpan mimpimu sebagai hiasan di kembang
lelapmu
Sudah-sudahlah Adela biar susah kita bawa
Kita lupa perih sambil mencumbui secangkir teh
seduhan bundamu
Besok kau pergi ke sawah bersama kami sayang
Biar kita bisa melanjutkan detak jantung yang
tersendat-sendat ini
Malam makin larut meninggalkan cangkir-cangkir usang
di ruang berdebu
Anak itu menutup wajahnya dengan bantal memudarkan
tangisnya
Sayup-sayup terdengar suara kecil tak bernyali
Beri Adela uang, Adela mau sekolah Tuhan!
Aya El-Khumairah
Berkisah
tentang mereka diluar sana yang mengubur mimpi, 051115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar